Jumat, 21 September 2018


Carika atau Suku Tengger menyebutnya Karikaya, buah menyerupai pepaya dengan ukuran sebesar kepal tangan manusia. Semula buah kekuningan ketika masak di pohon itu hanya dimanfaatkan sebagai pencuci tangan dan kaki usai beraktivitas di sawah.

Kandungan cairan yang bercampur biji di dalam buahnya mampu membersihkan kotoran yang melekat di tangan. Serupa dengan Markisa, biji Karikaya terselimuti cairan berbentuk lendir yang lembut.

Kerak kotoran yang membandel melekat di tangan akan luntur oleh cairan lendir tersebut bersama bilasan air. Petani Suku Tengger usai berladang sudah biasa mencari Karikaya yang tumbuh liar di kawasan Gunung Bromo.

"Sudah turun temurun, bahkan hingga saat ini," kata Ibu Karyadi, Warga Suku Tengger yang tinggal di Desa Wonomerto, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Tidak hanya itu, mencuci tangan dengan cairan dan biji Karikaya sudah layaknya menggunakan cairan pencuci tangan atau sabun tangan. Karena aroma harum yang khas nan tajam akan menempel di tangan seharum pewangi.

Kini sebagaian suku Tengger sudah mulai memanfaatkan karikaya menjadi manisan yang enak untuk di konsumsi. Bahkan beberapa sudah di kemas instans seperti gelas minuman air mineral.

Ibu Karyadi dan perempuan Suku Tengger secara berkelompok memproduksi manisan barbahan karikaya. Prosesnya terbilang cukup mudah seperti membuat manisan pada umunya. "Pertama Karikaya dikupas dan dibersihkan dari getahnya yang menempel, sebelum kemudian dipisahkan isi dan lendirnya," kata Ibu Karyadi sambil memulai mengupas Karikaya.

Bagian tengah atau dagingnya, katanya, menjadi bahan utama untuk di rebus hingga mendidih. Karikaya yang tidak terlalu masak dianggap lebih bagus, karena teksturnya agak keras. Sementara isi dan cairannya, di peras dengan menggunakan saringan untuk di ambil sarinya. Karena bagian isi dan lendirnya itu akan menjadi perasa, sehingga aroma dan rasa karikaya lebih tajam.

Secara berurutan cairan karikaya dimasukkan saat mendidih, di susul dengan cairan gula. Manisan karikaya dan harum pun bisa dinikmati dengan hangat maupun dicampurkan es. Karikaya sendiri merupakan tanaman endemis yang bisa ditemukan di Pegunungan Dieng dan Bromo. Konon tanaman yang di Gunung Dieng, dibawa oleh leluhurnya dari Gunung Bromo. Ibu Karyadi berharap produknya dikenal luas dan bisa menjadi sumber pendapatan keluarganya. Ibu dua anak ini ingin menjual produksinya dengan pasar lebih luas, tetapi memang masih masih persoalan, di antaranya urusan modal.

Tagged: , ,

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.